
Berputar.id
Harvard dan Dunia Sains Terancam Kehilangan Inovator Kunci Akibat Deportasi
Kseniia Petrova, ilmuwan muda asal Rusia yang kini menjadi peneliti penting di Laboratorium Kirschner, Sekolah Kedokteran Harvard, tengah menghadapi ancaman deportasi dari Amerika Serikat setelah dua bulan ditahan di fasilitas imigrasi di Louisiana. Penahanan Petrova, yang berusia 30 tahun, telah memicu kekhawatiran serius di kalangan ilmuwan dunia karena perannya yang tak tergantikan dalam riset teknologi deteksi kanker mutakhir.
Penahanan Bermula dari Pelanggaran Administratif
Petrova ditahan pada 16 Februari 2025 di Bandara Logan, Boston, setelah kedapatan membawa sampel embrio katak untuk riset tanpa mendeklarasikannya secara benar kepada petugas bea cukai. Biasanya, pelanggaran semacam ini hanya berujung pada denda administratif dan penyitaan barang, namun otoritas AS justru membatalkan visa J-1 milik Petrova dan memindahkannya ke pusat tahanan imigrasi di Louisiana.
Pengacara Petrova, Gregory Romanovsky, menyatakan bahwa tindakan ini jauh melebihi sanksi yang lazim. “Untuk pelanggaran pertama, biasanya hanya dikenakan denda $50. Namun, visa beliau langsung dicabut dan ia ditahan,” ujarnya.
Kontribusi Tak Tergantikan dalam Riset Kanker
Petrova adalah pengembang utama skrip komputer yang memungkinkan analisis gambar dari mikroskop inovatif milik Harvard, yang digadang-gadang dapat merevolusi deteksi dini kanker. Tanpa keahliannya, para peneliti di Laboratorium Kirschner mengaku tidak dapat melanjutkan riset secara optimal. “Saya sangat yakin dialah satu-satunya cara kita dapat mencapai potensi sebenarnya dari mikroskop ini,” kata Dr. William Trim, rekan kerja dan teman Petrova.
Dr. Leon Peshkin, pembimbing Petrova di Harvard, menegaskan bahwa kombinasi keahlian Petrova di bidang embriologi dan ilmu komputasi sangat langka. “Itu hanya dia. Tak ada orang lain di lab kami yang bisa menggantikan perannya,” tegasnya.
Risiko Deportasi dan Ancaman Keselamatan
Selain ancaman terhadap riset, deportasi Petrova ke Rusia juga menimbulkan kekhawatiran atas keselamatannya. Petrova diketahui merupakan aktivis anti-perang yang pernah ditahan di Rusia karena menentang invasi ke Ukraina. Ia menyatakan takut akan dipenjara atau mengalami perlakuan buruk jika dipulangkan ke negaranya.
Saat ini, Petrova menunggu keputusan hakim imigrasi, sementara komunitas ilmiah internasional menyoroti kasusnya sebagai preseden buruk bagi iklim riset di AS. Banyak ilmuwan asing kini merasa enggan melanjutkan karier di Amerika akibat ketidakpastian dan risiko hukum yang meningkat.
Dampak Lebih Luas pada Dunia Sains
Kasus Petrova telah memicu diskusi nasional tentang perlakuan terhadap ilmuwan internasional di AS. Data menunjukkan ratusan peneliti asing menghadapi perubahan status visa atau bahkan deportasi dalam beberapa tahun terakhir, yang berpotensi menghambat kemajuan riset dan inovasi di bidang-bidang strategis seperti kesehatan dan teknologi.
“Tanpa dia, saya yakin semua terobosan tentang pengobatan atau pemahaman dasar biologi yang bisa kami capai tidak akan pernah terwujud,” kata Dr. Trim.
Komunitas ilmiah Harvard dan para pendukung Petrova berharap pemerintah AS mempertimbangkan kembali kebijakan imigrasi yang berdampak pada masa depan riset global dan kehidupan para ilmuwan yang berkontribusi besar pada kemajuan ilmu pengetahuan.