Sebuah kelompok individu yang diduga preman menyerang dan melakukan pemukulan terhadap sekelompok seniman wayang dari Giriharja 3 Putra di bawah Ki Dalang Yogaswara Sunandar Sunarya di Kampung Jeruk Mipis RT04/02, Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur.
Serangan itu mengakibatkan empat anggota kelompok seniman Giriharja 3 Putra mengalami luka-luka akibat sayatan senjata tajam. Menurut informasi yang diperoleh, kejadian itu terjadi pada hari Kamis (6/6/2024).
Kepala Unit Reserse Kriminal Polres Cianjur, AKP Tono Listianto, mengonfirmasi pemukulan terhadap kelompok seniman wayang asal Kabupaten Bandung tersebut, dengan empat orang mengalami luka-luka.
“Keempat korban tersebut adalah Bram, Mahmudin, Udin, dan Aziz. Para korban mengalami luka ringan seperti lecet dan memar di tangan dan kepala,” katanya saat dihubungi melalui telepon pada hari Jumat (7/6/2024).
Dia menjelaskan bahwa pemukulan tersebut dimulai ketika salah satu korban menghadapi tersangka yang diduga, Udad. Namun, tersangka menjadi agresif dan pergi, kemudian kembali dengan orang lain bersenjatakan senjata tajam, yaitu celurit.
“Setelah kejadian, petugas dari Polsek Naringgul langsung menangkap dua tersangka, yaitu Udad Supardi (36) dan Cepi (26), serta menyita satu senjata tajam berupa celurit,” tambahnya.
Di sisi lain, Tono menyatakan bahwa kasus tersebut telah diselesaikan melalui proses musyawarah antara para korban dan pelaku dengan menggunakan prinsip restorative justice.
| Baca juga : Pesawat Latih Jatuh di BSD Tangsel, 3 Orang Tewas
Kronologi Kejadian:
Sebuah kelompok seniman wayang dari Giriharja 3 Putra dihadang oleh anggota organisasi lokal di daerah Balegede, Naringgul, Kabupaten Cianjur, pada hari Kamis (6/6/2024) siang.
Bahkan sebuah video dari kejadian tersebut viral di media sosial, menunjukkan individu-individu yang menghadang kelompok wayang tersebut dengan mengacungkan senjata tajam dan menggunakan kata-kata kasar.
Manajer Giriharja 3 Putra, Aziz Jaul Ramdan, membenarkan bahwa kejadian itu dialami oleh kelompok wayang dengan dalang Yogaswara, pada hari sebelumnya.
“Itu terjadi kemarin, sekitar pukul sebelas di daerah Balegede, Naringgul, Cianjur,” ujar Aziz, saat dihubungi melalui telepon pada hari Jumat (7/6/2024).
Aziz menjelaskan bahwa awalnya, setelah menyelesaikan sebuah acara dari Ujunggenteng Sukabumi menuju Jelekong, Kabupaten Bandung, mereka melewati daerah Naringgul di mana ada penutupan jalan.
“Dari sisi kronologis, kami tidak yakin tentang awal keributan, tetapi ketika sampai di lokasi, ada ketidakpahaman,” kata Aziz.
Menurut Aziz, sopir pertama yang tiba di lokasi bisa melewati karena jalan terbuka, dan diduga memberi Rp 12.000 kepada penjaga palang jalan.
“Kemudian dia bertanya kepada penjaga mengapa bisa masuk, jika bisa masuk, biarkan saja lewat, tapi penjaga tiba-tiba mendorong dada sopir saya. Ada adu argumen tetapi tidak ada perkelahian fisik,” kata Aziz.
Kebetulan, konvoi mereka juga tiba di lokasi, dan orang-orang turun, yang salah dianggap sebagai upaya untuk mengeroyok penjaga palang.
“Tidak lama setelah saya turun dari mobil, bahkan kopi belum dibuat oleh pedagang, tiba-tiba banyak orang, mungkin lebih dari 10 orang, datang,” kata Aziz.
Aziz mengatakan bahwa orang-orang itu memerintahkan mereka untuk kembali. Ketika dilihat, mereka mengacungkan celurit. Aziz melihat sopir, Joy, sudah terdesak.
“Niat saya adalah untuk memisahkan mereka dan bertanya, kemudian pelaku berbalik dan menyabetkan celurit ke saya. Jika saya tidak menghalangi, saya mungkin akan terkena di wajah,” katanya.
Akhirnya, kata Aziz, tangannya terluka dari sayatan tersebut, memerlukan sembilan jahitan, kemudian polisi tiba dari kantor polisi setempat dan menangkap mereka.
“Saya menjalani pemeriksaan medis dan membuat laporan polisi, tetapi pada akhirnya, saya menarik laporan dan itu diselesaikan secara damai, dan perjanjian dibuat oleh para pihak. Dimana setiap konvoi yang datang, baik itu akan ke grup mana pun atau jika ada yang ingin melempari mobil atau jika ada penahanan, saya tidak akan mengejar mereka yang tidak terlihat,” kata dia.
Menurut Aziz, ketika para pelaku membuat surat perjanjian, itu disaksikan oleh ketua organisasi dan tokoh masyarakat juga.
“Jadi saya menarik laporan, sudah diselesaikan secara damai bagi kami,” katanya.
Namun, Aziz mengakui bahwa karena telah menjadi viral, banyak orang yang ingin membalas dendam, dan pihaknya terus meredakan dan mendorong agar tidak ada tindakan balasan. Karena mungkin, menurut Aziz, hubungan Grup Wayang Giriharja cukup baik, sehingga banyak yang merasa tidak enak atas kejadian tersebut.
“Sebenarnya kami tidak tahu video itu viral, karena tidak ada anak-anak yang merekam video saat mereka melihat orang yang mengacungkan celurit, mereka hanya lari. Itu warga yang merekam,” katanya.
Aziz menegaskan bahwa masalah tersebut sekarang telah diselesaikan, dan mereka meminta agar tidak ada yang melakukan tindakan balasan. Dia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa meskipun telah diminta untuk tidak melakukannya, beberapa orang mungkin masih ingin membalas karena perasaan tersakiti.
“Kebetulan, sudah ada koordinasi dengan organisasi di Cianjur, mereka mengatakan tersangka juga ingin ditarik ke Cianjur. Bagi kami, silakan saja, yang terbaik,” kata dia.
sumber : Bidadari29