Bisakah Kylian Mbappe & Jude Bellingham Bersinar Bersama Di Skuad Bertabur Bintang El Real?

Spread the love

Berputar.id – Saga transfer penuh drama ini selesai juga: Kylian Mbappe resmi menjadi pemain baru Real Madrid. Salah satu transfer terbesar dalam sejarah sepakbola sudah terwujud, kontrak sudah diteken, dan “Communicado Official” sudah terpampang nyata.

Sepertinya ini jalan terbaik bagi semua pihak yang terlibat. Tentu saja Paris Saint-Germain tidak akan sesenang itu harus merelakan sosok yang bisa dibilang merupakan pemain terhebat mereka sepanjang masa, tetapi kampiun Prancis tersebut sudah memulai proses membangun tim baru dan fokus pada kesuksesan jangka panjang — dengan skuad yang makin ke sini makin kentara disusun demi survive di era pasca-Mbappe.

Sementara itu El Real akhirnya merampungkan obsesi mereka. Bukan rahasia lagi bahwa Mbappe adalah seorang Madridista yang mengidolakan Cristiano Ronaldo, ia juga tak pernah benar-benar menyembunyikan hasratnya untuk hijrah ke Santiago Bernabeu.

Benar-benar fantasi terliar sepakbola. Bayangkan saja: Vinicius Junior, Mbappe, Jude Bellingham, dan Rodrygo dalam satu tim. Tapi cepat atau lambat, fantasi itu harus minggir demi memberi jalan bagi realita. Faktanya, lini depan Madrid penuh sesak dengan bintang kelas wahid, dan menentukan peran terbaik bagi Mbappe di dalam ekosistem yang sekarang akan menjadi tantangan besar bagi Carlo Ancelotti.

Memiliki seorang Mbappe tak akan pernah menjadi perihal buruk, tetapi menyatukan semua kepingan itu sembari memastikan Vinicius dan Bellingham, dua unggulan Ballon d’Or saat ini, tak terdampak negatif bukanlah tugas yang main-main…

Galactico bukanlah segalanya

Sepakbola tidak segampang memasukkan Mbappe ke dalam sebuah tim dan berharap dia, dan pemain di sekitarnya, bersinar. Malah, sejarah-sejarah modern membuktikan bahwa itu merupakan ide yang sangat buruk jika bukan kebablasan.

Trisula Lionel Messi-Neymar-Mbappe di PSG digadang-gadang akan menjadi trio penyerang terhebat sepanjang masa di Eropa; faktanya, eksperimen itu berakhir petaka. Ketiganya tak pernah benar-benar nyetel. Kombo krisis cedera, besarnya ego pemain, serta pertahanan lemah membuat salah satu skuad paling berbakat di Eropa menjadi bahan tertawaan di Liga Champions.

Mbappe bukan satu-satunya masalah. Messi tak pernah benar-benar betah di Paris, sementara Neymar yang sering di terpa cedera memperparah situasi. Tetapi Mbappe-lah yang semestinya menadi pusat megaproyek ambisius ini, wakil kapten PSG yang menyatukan semuanya. Namun mungkin itu tugas yang terlalu berat bagi seorang pemain yang baru mendekati usia pertengahan 20an. Yang jelas, Mbappe gagal menjadi pusat segalanya, dan malah terjebak dalam perebutan kekuasaan di ruang ganti yang mengutuk periode menjanjikan Les Parisiens berakhir dengan kekecewaan dan kegetiran.

Pertanda buruk bagi Madrid. Jika mereka yang tak belajar dari sejarah dikutuk untuk akan mengulanginya lagi.

Madrid memang berbeda dari PSG dan mereka memiliki seorang man-manager piawai dalam diri Carlo Ancelotti, tapi tetap saja: masalah serupa sangat mungkin timbul. Menurut banyak suara, Bellingham, Vinicius, dan Rodrygo adalah rekan yang baik dan sohib yang akrab. Tapi ketika nama besar datang, situasi sangat mungkin berubah toxic. Dan, entah itu salahnya sendiri atau di luar kendalinya, kontroversi selalu mengikuti ke mana pun Mbappe pergi.

Yang kini perlu dijabarkan adalah filosofi bermain Madrid saat ini dan bagaimana ia berhasil memaksimalkan Bellingham. Gelandang Inggris itu bukan dimainkan sebagai striker, apalagi gelandang serang. Ancelotti menyebut Bellingham sebagai seorang sembilan palsu – false nine – tapi rasanya itu pun kurang tepat sasaran. Seringnya, Bellingham memulai pertandingan dari posisi yang cukup dalam, dan belari menantang duel para pemain bertahan sembari membawa bola.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di sini. Peran Bellingham terdistorsi karena Real Madrid seringkali menemui blok rendha di La Liga. Dia juga dibebaskan menjelajah – dan sering kali bermain sampai jauh ke depan. Tapi Bellingham tetap bukan seorang striker; dia cuma mencetak gol yang cukup banyak. Mempertahankan itu sembari mengintegrasikan Mbappe tak akan menjadi perkara sepele.

Menempatkan Mbappe di posisi Rodrygo mungkin merupakan cara terbaik untuk memaksimalkan dua pemain terpenting di lini depan baru Real Madrid. Vinicius mungkin harus beradaptasi lagi sementara Rodrygo bisa benar-benar tergusur. Tapi pada akhirnya, Bellingham dan Mbappe yang paling akan diprioritaskan mengingat mahalnya uang yang keluar untuk membiayai mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *