
Berputar.id Ramalan tentang akhir dunia sudah sering terdengar dari berbagai sumber, namun kini para ilmuwan menawarkan prediksi berdasarkan perhitungan fisika modern. Tim fisikawan dari Cornell University, Amerika Serikat, bersama Jiao Tong University, Shanghai, China, serta beberapa lembaga riset internasional, baru saja mempublikasikan hasil penelitian terbaru mengenai nasib jagat raya.
Baca Juga : Chikita Meidy Gugat Cerai Indra Adhitya, Suami Tanggapi Santai Proses Perceraian
Menurut riset yang dilansir pada Sabtu (12/7/2025), para ilmuwan ini memprediksi bahwa alam semesta akan mengalami fase penyusutan dalam waktu sekitar 7 miliar tahun ke depan. Setelah fase ekspansi besar-besaran yang telah berlangsung sejak Big Bang, jagat raya diperkirakan akan mulai menciut, sebelum akhirnya meregang dan kolaps menjadi satu titik tunggal dalam waktu sekitar 20 miliar tahun dari sekarang.
Penjelasan Fisikawan: Dari Ekspansi ke Kolaps
- Ekspansi Alam Semesta: Sejak peristiwa Big Bang, alam semesta terus mengalami ekspansi atau pengembangan.
- Fase Penyusutan: Dalam 7 miliar tahun mendatang, para fisikawan memprediksi ekspansi ini akan berhenti dan berbalik menjadi proses penyusutan.
- Kolaps Total: Setelah proses penyusutan, seluruh materi dan energi yang ada akan meregang dan akhirnya kolaps ke satu titik, mengakhiri eksistensi jagat raya seperti yang kita kenal saat ini.
Dasar Ilmiah Prediksi
Prediksi ini didasarkan pada model kosmologi terbaru yang mempertimbangkan energi gelap dan evolusi struktur ruang-waktu. Para peneliti menggunakan data pengamatan kosmik serta simulasi komputer untuk memperkirakan masa depan alam semesta. Proses kolaps total ini dikenal dalam fisika sebagai “Big Crunch”, yaitu kebalikan dari Big Bang.
Kesimpulan
Meskipun ramalan ini masih berada di ranah teori dan berlangsung sangat lama di masa depan, penelitian ini memberikan gambaran baru tentang nasib akhir jagat raya berdasarkan pendekatan ilmiah. Para ilmuwan menekankan bahwa proses ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat, sehingga umat manusia masih memiliki waktu miliaran tahun sebelum menghadapi “kiamat” versi fisika.
“Prediksi ini bukan sekadar spekulasi, tetapi hasil perhitungan matematis dan simulasi berbasis data kosmologi terbaru,” ujar salah satu peneliti yang terlibat dalam studi tersebut.