
Berputar.id Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan, sebagai bagian dari operasi militer yang disebut “Operation Midnight Hammer” pada dini hari 22 Juni 2025. Serangan ini dilakukan dengan melibatkan lebih dari 125 pesawat militer AS, termasuk tujuh pesawat siluman B-2 yang membawa bom bunker-buster berdaya ledak tinggi serta rudal jelajah Tomahawk. Serangan ini bertujuan untuk melumpuhkan program nuklir Iran yang dianggap mengancam keamanan regional dan global.
Presiden Trump menyatakan bahwa serangan tersebut “berhasil” dan ketiga fasilitas nuklir tersebut telah “dihancurkan secara total dan menyeluruh.” Namun, pejabat militer AS mengingatkan bahwa penilaian akhir terhadap kerusakan masih memerlukan waktu. Sementara itu, pemerintah Iran menegaskan bahwa bahan nuklir dan personel telah dievakuasi sebelumnya sehingga kerusakan yang dialami tidak terlalu besar. Mereka juga mengecam serangan tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional yang “barbar”.
Sebagai respons atas serangan tersebut, parlemen Iran secara resmi mendukung langkah untuk menutup Selat Hormuz, jalur laut strategis yang menghubungkan Teluk Persia dengan Samudra Hindia dan menjadi rute vital bagi perdagangan minyak dunia. Selat ini dilalui sekitar 20 juta barel minyak per hari, yang setara dengan lebih dari seperlima pasokan minyak global, serta sebagian besar perdagangan gas cair dunia. Penutupan Selat Hormuz dapat menyebabkan gangguan besar pada pasar energi global dan memicu kenaikan harga minyak yang signifikan.
Iran memperingatkan bahwa penutupan Selat Hormuz adalah salah satu opsi balasan atas serangan AS dan Israel terhadap fasilitas nuklirnya. Namun, keputusan akhir mengenai penutupan selat ini masih berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran dan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Sementara itu, negara-negara di kawasan Timur Tengah dan komunitas internasional menyerukan de-eskalasi ketegangan dan mengajak semua pihak kembali ke meja perundingan. Dewan Keamanan PBB dijadwalkan menggelar pertemuan darurat untuk membahas situasi ini.
Ketegangan yang meningkat ini menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya konflik di Timur Tengah, yang dapat berdampak serius tidak hanya pada stabilitas regional tetapi juga pada ekonomi global mengingat peran vital Selat Hormuz dalam perdagangan energi dunia.
Dengan demikian, serangan AS terhadap situs nuklir Iran dan ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz menandai eskalasi signifikan dalam konflik yang sudah berlangsung antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat, dengan potensi dampak luas bagi keamanan dan ekonomi global