Berputar.id Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini semakin canggih dan mampu melakukan hal-hal yang sebelumnya sulit dibayangkan, termasuk memprediksi kepribadian seseorang hanya dari ekspresi wajahnya. Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh akademisi dari Yale School of Management bersama peneliti dari Wharton dan Indiana University membuktikan kemampuan AI dalam menganalisis kepribadian berdasarkan foto LinkedIn.
Dalam riset yang melibatkan 96.000 lulusan program MBA terkemuka, Kelly Shue dari Yale, bersama Marius Guenzel dan Shimon Kogan dari Wharton serta Marina Niessner dari Indiana University, menggunakan AI untuk mengekstrak lima dimensi kepribadian utama atau yang dikenal sebagai “Big Five” (openness, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism) dari foto wajah para lulusan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kepribadian yang dihasilkan AI dari foto LinkedIn ini memiliki kekuatan prediktif yang signifikan terhadap berbagai aspek karier, seperti peringkat sekolah MBA yang mereka ikuti, pendapatan awal setelah lulus, serta kemajuan karier mereka. Misalnya, peningkatan dalam skor kepribadian yang diukur AI berkorelasi dengan kenaikan pendapatan awal pasca-MBA sebesar 8,4% pada pria, angka yang lebih besar dibandingkan kesenjangan pendapatan berdasarkan ras di antara lulusan MBA.
Penelitian ini juga menemukan bahwa karakteristik kepribadian yang diprediksi AI berbeda efeknya berdasarkan gender dan dapat memengaruhi jalur karier secara berbeda. Misalnya, sifat agreeableness berpengaruh positif terhadap peringkat sekolah pada pria, tetapi negatif pada wanita. Sementara itu, sifat conscientiousness berkorelasi dengan pendapatan awal yang lebih tinggi pada kedua gender, namun laju kenaikan pendapatan lebih cepat pada pria dibanding wanita.
Meski demikian, para peneliti menegaskan bahwa teknologi ini saat ini lebih berguna untuk penelitian akademis daripada aplikasi praktis seperti seleksi kerja, karena ada kekhawatiran etis terkait diskriminasi statistik dan kurangnya kontrol individu atas fitur wajah mereka yang dianalisis AI. Selain itu, perubahan kepribadian yang dilakukan seseorang tidak selalu tercermin pada foto wajah mereka, sehingga upaya perbaikan diri mungkin tidak terdeteksi oleh AI.
Penelitian ini membuka cakrawala baru dalam pemahaman hubungan antara kepribadian, wajah, dan hasil pasar tenaga kerja, sekaligus menimbulkan pertanyaan penting tentang penggunaan teknologi AI dalam konteks sosial dan profesional ke depan.
Dengan demikian, AI tidak hanya dapat membaca ekspresi wajah, tetapi juga mengekstrak informasi kepribadian yang relevan untuk memprediksi jalur karier seseorang, sebuah kemajuan yang menjanjikan sekaligus menantang dari sisi etika dan privasi.
Berputar.id Kejaksaan Agung (Kejagung) kembali melayangkan panggilan terhadap tiga mantan staf khusus Menteri Pendidikan, Kebudayaan,…
Berputar.id Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Jakarta Selatan menggelar razia pekerja seks komersial (PSK)…
Berputar.id Sebuah mobil pengangkut uang milik perusahaan swasta nasional mengalami kecelakaan lalu lintas dan terbalik…
Berputar.id Sebuah kejadian tragis menimpa seorang anak berusia 10 tahun di Pantai Karangbolong, kawasan wisata…
Berputar.id Aktor Marcel Chandrawinata kini tengah fokus mengembangkan bisnis produk perawatan kulit yang menyasar pria.…
Berputar.id PT Pertamina Lubricants melalui Production Unit Cilacap (PUC) menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan dan…