Categories: Teckhnologi

Pemangkasan Pendanaan Ilmiah di Era Donald Trump Picu Gelombang Migrasi Ilmuwan AS

Spread the love

Berputar.id Kebijakan pemerintahan Donald Trump yang terus memangkas pendanaan ilmiah dan mengurangi dukungan terhadap penelitian di Amerika Serikat telah memicu kekhawatiran besar di kalangan komunitas ilmiah. Dampak dari kebijakan ini terlihat jelas dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh majalah Nature, yang mengungkapkan bahwa 75% dari lebih dari 1.600 ilmuwan yang disurvei mempertimbangkan untuk meninggalkan AS demi peluang yang lebih baik di luar negeri.

Baca Juga : Hetty Koes Endang: Momen Lebaran yang Berubah, Tetapi Kebersamaan Tetap Berharga

Krisis Pendanaan Ilmiah

Pemangkasan anggaran besar-besaran terhadap lembaga-lembaga ilmiah seperti National Institutes of Health (NIH) dan National Science Foundation (NSF) menjadi salah satu penyebab utama keresahan ini. NIH, yang sebelumnya memberikan lebih dari $35 miliar per tahun untuk mendukung lebih dari 300.000 peneliti, kini menghadapi pengurangan signifikan dalam overhead dan grant funding. NSF juga mengalami pemotongan anggaran hingga jutaan dolar, termasuk pengurangan staf dan penghentian program inovasi.

Gelombang Migrasi Ilmuwan

Jajak pendapat menunjukkan bahwa para ilmuwan muda, seperti peneliti pascasarjana dan mahasiswa PhD, adalah kelompok yang paling terdampak. Sebanyak 79% peneliti pascasarjana dan 75% mahasiswa PhD menyatakan bahwa mereka mempertimbangkan untuk pindah ke negara-negara seperti Kanada atau Eropa, yang dianggap lebih mendukung penelitian ilmiah.

Seorang mahasiswa pascasarjana dalam bidang genomik mengungkapkan bahwa dirinya kehilangan pendanaan untuk proyek penelitian setelah pemerintah AS menghentikan dukungan finansial untuk lembaga seperti U.S. Agency for International Development. “Saya mencintai negara ini, tetapi banyak mentor saya menyarankan agar saya segera pergi,” ujarnya.

Dampak Jangka Panjang

Fenomena ini berpotensi menciptakan brain drain besar-besaran di Amerika Serikat, mengancam posisi negara tersebut sebagai pemimpin global dalam inovasi dan penelitian ilmiah. Para kritikus menilai bahwa kebijakan ini tidak hanya melemahkan kemampuan AS untuk bersaing secara global tetapi juga merugikan masyarakat luas dengan memperlambat kemajuan dalam bidang kesehatan, teknologi, dan energi bersih.

Dengan meningkatnya jumlah ilmuwan yang mempertimbangkan relokasi, Eropa dan Kanada muncul sebagai destinasi utama bagi mereka yang mencari lingkungan kerja yang lebih stabil dan mendukung penelitian. Hal ini menjadi tantangan serius bagi AS untuk mempertahankan talenta terbaiknya di tengah perubahan kebijakan yang kontroversial.

Admin

Recent Posts

Kerusuhan Pecah di Lampung Tengah, 3 Bangunan dan 15 Kendaraan Dibakar Massa Usai Penusukan Warga oleh Kerabat Lurah

Berputar.id Kabupaten Lampung Tengah diguncang kerusuhan yang dipicu oleh tewasnya seorang warga bernama Suryadi (50)…

1 jam ago

Aktivis 98 Gelar Sarasehan Lintas Generasi dengan Tema Transformasi Demokrasi Ekonomi

Berputar.id Aktivis 98 akan menggelar Sarasehan Lintas Generasi pada Rabu, 21 Mei 2025 mendatang. Acara…

1 jam ago

Ribuan Pengemudi Ojol dan Taksi Online Gelar Demo Besar-Besaran, Matikan Aplikasi Massal 20 Mei 2025

Berputar.id Ribuan pengemudi ojek online (ojol) dan taksi online dari berbagai daerah di Indonesia akan…

1 jam ago

Pengemudi Mobil di Gerbang Tol Cililitan Terlibat Penganiayaan Usai Senggolan Kendaraan

Berputar.id Seorang wanita berinisial M (42) menjadi korban penganiayaan yang dilakukan oleh sesama pengemudi mobil…

1 jam ago

Mark Zuckerberg Dituding Menyembunyikan Bukti Kehidupan Cerdas di Luar Bumi Demi Mencegah Kekacauan Global

Berputar.id Klaim mengejutkan datang dari pakar ufologi terkemuka asal Inggris, Mark Christopher Lee, yang menuduh…

1 jam ago

Kehadiran Wika Salim dan Max Adam di Syukuran Kehamilan Danang DA, Ungkap Rencana Pernikahan yang Masih Proses

Berputar.id Kehadiran Wika Salim bersama kekasihnya, Max Adam, berhasil mencuri perhatian publik saat menghadiri acara…

1 jam ago