Berputar.id – Sup kelelawar, atau yang dikenal sebagai paniki, adalah hidangan eksotis yang berasal dari Sulawesi Utara, khususnya dari daerah Minahasa. Makanan ini terbuat dari daging kelelawar, yang biasanya merupakan kelelawar buah. Dalam budaya masyarakat Minahasa, paniki bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga merupakan bagian dari warisan kuliner yang telah ada selama berabad-abad. Hidangan ini sering kali diolah dengan cara direbus atau dimasak dalam sup dengan bumbu-bumbu khas yang kaya rasa.
Pengolahan paniki memerlukan teknik yang cermat dan perhatian khusus. Sebelum dimasak, kelelawar dibersihkan dari bulu-bulu halusnya dan kemudian direbus dengan santan serta berbagai bumbu seperti bawang merah, bawang putih, cabai, dan daun serai. Proses memasak ini berlangsung cukup lama untuk memastikan bahwa bumbu meresap dengan baik ke dalam daging kelelawar, menciptakan rasa yang khas dan menggugah selera. Ketika disajikan, sup kelelawar memiliki aroma yang kuat dan rasa pedas yang menjadi ciri khas masakan Manado.
Meskipun terdengar ekstrem bagi sebagian orang, paniki memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Minahasa. Hidangan ini sering disajikan dalam acara-acara khusus dan perayaan, mencerminkan tradisi kuliner lokal yang kaya. Bagi penduduk setempat, menikmati paniki adalah cara untuk menghormati warisan budaya mereka serta merayakan keberagaman kuliner Indonesia.
Khasiat kesehatan dari daging kelelawar juga menjadi salah satu alasan mengapa paniki tetap populer. Masyarakat percaya bahwa daging kelelawar memiliki manfaat tertentu, seperti meningkatkan stamina dan mengatasi masalah kulit. Meskipun belum ada penelitian ilmiah yang secara definitif membuktikan klaim tersebut, kepercayaan ini tetap menjadi bagian dari budaya konsumsi paniki.
Pasar Pinasungkulan di Manado menjadi salah satu lokasi utama di mana pengunjung dapat menemukan paniki dan berbagai olahan ekstrem lainnya. Pasar ini dikenal sebagai surga bagi pecinta kuliner ekstrem, menawarkan berbagai jenis makanan unik yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Kelelawar yang digunakan untuk membuat sup ini biasanya ditangkap secara lokal dan diolah oleh para penjual makanan tradisional.
Baca juga : Gareth Southgate Resmi Menjadi ‘Sir’: Penghargaan dari Kerajaan Inggris
Dalam konteks global saat ini, sup kelelawar juga menarik perhatian sebagai salah satu contoh dari kuliner ekstrem yang dapat ditemukan di berbagai belahan dunia. Meskipun demikian, penting untuk memperhatikan aspek keberlanjutan dan konservasi dalam konsumsi satwa liar. Upaya untuk menjaga keseimbangan antara tradisi kuliner dan perlindungan terhadap spesies hewan harus selalu menjadi prioritas agar generasi mendatang juga dapat menikmati keanekaragaman kuliner Indonesia tanpa merusak ekosistem yang ada.