Berputar.id – Gubernur Gorontalo Rudy Salahuddin menghadiri Rapat Koordinasi Daerah (RAKORDA) tentang kemiskinan se-Provinsi Gorontalo, di Hotel Grand Q Kota Gorontalo, Kamis (19/12/2024). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Bappeda provinsi ini mengangkat tema “Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Perlindungan Sosial Adaptif”. »
Dalam kesempatan tersebut, Rudy menyampaikan intervensi pangan dan gizi gratis juga harus memperhatikan anak-anak putus sekolah. Meskipun Prioritas intervensi ditujukan kepada anak-anak usia sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas atau sejenisnya. Rudy meminta Bappeda dan seluruh pemangku kepentingan memikirkan situasi anak putus sekolah dengan Program Perlindungan Sosial (Perlinsos).
“Kami menyadari saat ini ada program prioritas makanan bergizi gratis di sekolah. Namun rata-rata lama sekolah atau angka partisipasi sekolah kita masih rendah. Masih banyak warga Gorontalo yang putus sekolah. Oleh karena itu kita harus turun tangan, Jadi… kesenjangan tersebut tidak lagi melebar. Di sekolah kamu melakukan intervensi, tetapi di luar sekolah kamu tidak melakukan intervensi. “Nah, itu yang harus kita lindungi dengan Perlinsos,” kata Gubernur.
Rudy menjelaskan, mengintervensi anak putus sekolah bukanlah hal yang mudah. Selain itu, anak-anak yang putus sekolah dan SMA mungkin tinggal jauh dari sekolah. Meski begitu, Rudy ingin anak-anak tersebut tetap mendapat perhatian dari pemerintah setempat agar penyakit ini hilang. Kemiskinan dan berkurangnya jumlah tengke berjalan beriringan.
“Caranya adalah dengan kembali bersekolah, karena jarak keluar SMP, SMA dengan rumahnya umumnya lebih jauh, berbeda dengan SD yang rumahnya selalu dekat dengan sekolah. Namun tidak sesederhana itu. Oleh karena itu, saya meminta teman-teman di Bappeda untuk memikirkan hal tersebut. “Bahwa kegiatan dan program penanggulangan keterbelakangan sudah tuntas bahkan bagi yang tidak bersekolah, karena kami menyediakan asuransi sosial,” lanjutnya.
Gubernur juga menyampaikan, dari segi anggaran, Provinsi Gorontalo masih sangat bergantung pada dana transfer pusat. Oleh karena itu, ia mendorong para pemangku kepentingan untuk terus kreatif dalam mendapatkan dana dari sumber lain. Hal ini juga mendorong terciptanya program-program yang kreatif dan responsif untuk mengurangi angka kemiskinan ekstrem.
“Selama ini Gorontalo identik dengan kemiskinan. Saya ingin kemiskinan ini tidak lagi identik dengan kita. “menurunkan angka kemiskinan di Provinsi Gorontalo,” tutupnya.