Berputar.id – Korea Utara, di bawah kepemimpinan Kim Jong Un, mengumumkan rencana untuk memindahkan lebih dari 15.000 korban banjir ke ibu kota, Pyongyang. Keputusan ini diambil meskipun negara tersebut telah menolak tawaran bantuan internasional untuk menangani bencana tersebut.
Banjir yang terjadi akibat hujan lebat pada akhir Juli 2024 telah menyebabkan kerusakan signifikan, termasuk menghancurkan tempat tinggal dan merendam lahan pertanian di wilayah utara dekat China. Dalam kunjungannya ke daerah yang terkena dampak, Kim Jong Un menegaskan bahwa pemulihan akan dilakukan “berdasarkan kemandirian,” dan bahwa upaya tersebut akan menjadi prioritas utama negara.
Meskipun tawaran bantuan datang dari berbagai negara, termasuk Korea Selatan dan China, Kim menolak untuk menerima bantuan asing. Ia menyatakan rasa terima kasih kepada negara dan organisasi internasional atas tawaran mereka, tetapi menekankan bahwa pemulihan harus dilakukan secara mandiri.
Rencana pemindahan ini mencakup penyediaan bantuan makanan, medis, dan dukungan pendidikan bagi ribuan siswa yang dipindahkan. Hal ini menunjukkan upaya pemerintah untuk mengelola situasi dengan cara yang lebih terpusat di ibu kota.
Kondisi infrastruktur yang lemah di Korea Utara membuat negara ini rentan terhadap bencana alam, dan penggundulan hutan semakin memperburuk situasi. Sementara itu, hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan tetap tegang, dengan kedua negara berada di salah satu titik terendah dalam beberapa tahun terakhir.